Thursday, May 30, 2013

Pengikut Lucifer Mengamuk dan Keluarkan Taring


Ican, siswi SMIP Airmadidi saat sedang kerasukan di rumahnya
di Desa Kaasar Kecamatan Kauditan.

Siswi SMIP Airmadidi Mengaku Kelompok Gereja Setan

MINUT – Warga Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Jumat (21/10) kemarin, gempar. Ican Maringka, remaja yang tinggal di Desa Kaasar Kecamatan Kauditan, kerasukan roh kegelapan hingga berjam-jam. Bahkan, siswi Sekilah Menengah Ilmu Pariwisata (SMIP) Airmadidi itu memaksa untuk terbang. “Kalau tidak ditahan oleh keluarganya, dia sudah terbang. Sebab sempat kami lihat, dia sudah mulai terangkat,” aku Meify, warga yang mengaku sempat menyaksikan peristiwa itu.
Menurut pengakuan saksi, ketika kerasukan, gigi taring Ican mulai memancang bak seorang vampire. Korban terus berusaha melepaskan diri dan ingin lari. Ternyata juga, Ican sudah kerasukan sejak dia masih di sekolah pada siang hari. Tujuh orang rekan Ican, juga ikut kerasukan. Informasi beredar, ke tujuh siswi yang kerasukan itu adalah pengikut gereja setan (GS), ajaran sesat yang mulai merasuk anak muda.
Dari pantauan di rumah korban di Desa Kaasar, sore kemarin, ribuan warga telah memadati halaman rumah serta jalan raya. Kendaraan tak bisa lagi melewati jalan protocol itu. Polisi pun sudah berada di lokasi untuk menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan. Suasana di desa itu terasa sangat mencekam.
Suasana mencekam lebih terasa di dalam rumah panggung yang sudah berusia puluhan tahun, tempat tinggal Ican. Di atas sebuah kasur berwarna biru, remaja berambut panjang ini terlihat gelisah dan terus berteriak. Wajahnya menyeringai seperti vampir yang tengah mengamuk, sembari mengeluarkan erangan yang cukup mengerikan. Mata Ican terlihat melotot dan memperhatikan satu per satu warga yang mengelilinginya. Sementara, saudaranya laki-laki menahan dan mengajaknya bicara agar dia cepat sadar.
Sorang pria berpakaian hitam tiba-tiba masuk ruangan. Ternyata, pria tersebut dipanggil untuk mengobati korban yang terus mengamuk. “Kami tidak mengundangnya. Namun kami juga tak bisa menolak, sebab kami ingin yang terbaik untuk anak kami,” aku seorang ibu muda saat ditanyai temannya soal pengobatan alternative itu.
Pria tersebut terlihat mulai membaca mantera. Sesekali dia menutup mata mengucapkan kata-kata yang tak terdengar orang di sekitarnya. Dengan cepat, lelaki itu menangkap batang leher korban kerasukan yang rambutnya sudah acak-acakan. Kelapa korban dipaksa menunduk ke bawah dengan menggunakan tangan kiri, sementara tangan kanan sang dukun terlihat seolah-olah menekan sesuatu ke arah lantai. Di akhir ritual pengobatan, wajah korban dibasahi dengan air.
Setelah melakukan pengobatan alternative, korban langsung dibawa dengan kendaraan mikrolet. Semua keluarga korban enggan memberikan keterangan di mana korban akan dibawa. Namun, dari selentingan, korban akan dibawa ke tempat persekutuan doa di Desa Paslaten. Sebab, ada juga seorang remaja di Paslaten yang kerasukan, namun sudah kembali sadarkan diri.
Ketika akan ditelusuri lebih dalam, keluarga korban enggan memberikan keterangan. Mereka melakukan aksi tutup mulut. “Mungkin mereka merasa malu dengan peristiwa yang menimpa keluarga mereka,” kata salah seorang petugas dari Polsek Kauditan. Namun kata petugas itu, tidak seharusnya keluarga merasa malu, sebab kejadian itu merupakan musibah yang tidak dicari-cari. Hingga berita ini diturunkan, belum ada kabar apakah korban sudah sembuh atau belum. Sebab, seperti kejadian kerasukan anggota GS lain, lamanya kerasukan hingga dua hari. Dan paling sering mereka kerasukan di hari Jumat.

No comments:

Post a Comment